Selasa, 24 Desember 2013

Nasakah ; HUKUM



HUKUM

karya Muharram

berdasarkan karya-karya Chairil Anwar

ADEGAN I

berdiri di pangung sosok besar dengan baju hitam dan dasi hijau. Ialah seorang Hakim. Seorang yang menentukan kebenaran di bumi. Kebenaran manusia.
Dibelakangnya. Ada sosok tikus yang saat ini belum terlihat. Ialah seorang penuri. Seorang pendosa yang mengerti aturan dan hukum.

Ketika cahaya matahari yang hijau dan merah merekah, beberapa orang rakyat terlihat membawa seserahan bumi. Mereka meletakkannya bertumpuk hingga berbentuk piramida kecil. Sementara itu, di belakang hakim sang tikus mulai mencuri-curi pandang apa yang dibawa oleh para rakyat.

“haaaaaah!!!!!” kata hakim pada para rakyat.

Rakyat yang telah selesai dalam upacara seserahan mulai beranjak pergi dengan diiringi penggalan lagu Bagimu Negri.

“padamu negri kami berjanji”
“padamu negri kami berbakti”
“padamu negri kami mengabdi”
“bagimu negri jiwa raga kami”
sang hakimpun berseru

“Suaranya pergi terus meninggi”1
“kami yang mendengar melihat senja”2
“kami rasa bahagia tentu 'kan tiba”3

ADEGAN II

hakim yang tengah gembira dengan seserahan rakyat membiarkan dirinya ditutup matanya oleh tikus besi. Ia ditutup matanya dengan dasi hijaunya.

Tikus itu mulai mengendus seserahan mencari-cari yang terbaik.

Terdengar suara bergemuruh. Saling saut.

“Saban sore ia lalu depan rumahku”
“Dalam baju abu-abu.4”

“Seorang jerih memikul. Banyak menangkis pukul.5”

Hakim yang tertutup matanya pun bertanya

“siapa berkata-kata?”
“siapa berkata-kata?”
“siapa berkata-kata?”6

Tikus yang kaget pun lekas mengembalikan seserahan ditempat semula. Lalu ia pun mulai meniru nyanyian rakyat sambil menyumbat telinga hakim.
Rakyat berseru.
“ada yang menggamit?”
“ada yang kehilangan?"7

“padamu negri kami berjanji”
“padamu negri kami berbakti”
“padamu negri kami mengabdi”
“bagimu negri jiwa raga kami”

Hakim pun kembali tenang. Tikus kembali mengambil seserahan lalu bergegas pergi.



ADEGAN III

pentungan kembai bertalu-talu. Menggema bersama kepanikan para rakyat.
Sedang sang hakim hanya speti orang baru bangun tidur.

“ganyang!!!”
“ganyang!!!”
“ganyang!!!”
“ganyang!!!”
“ganyang!!!”

rakyat yang marah mulai menghancurkan seserahan yang tadi mereka serahkan. Mereka mencari-cari dimana
tikus yang bersembunyi di balik hakim terlihat resah,...
dan akhirnya diapun ketahuan para rakyat. Lalu diseret kedepan hakim. Minta keadilan.

“ aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
kata seorang rakyat pada hakim
“aaaaaaaaaaaaaaaaaa'
di jawab oleh rakyat yang lain
“ lak! Lak! Lak! Lak!”
jawab tikus
“aku akan menyebarkankemenyan dan minya balsem di tempat tidurku. Aku akan menyalakan lampu dan membasuh tubuhku.”
“ aku harus berdo'a. Memilah tirai-tirai yang menutupi mataku”

hakimpun berseru. Rakyat berkumpul di sudut menanti hakim memutuskan.

“aku ingin mengetahui apa itu doa, karena tampaknya membosankan ketika aku satu-satunya pihak yang berbicara”
tikus masih saja berlagu.

Sementara itu rakyat bergerombol di sudut ruang. Menunggu. Berlagulah mereka.

“aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu”
‘aku sekarang api aku sekarang laut”8

Hakim

“tuhanku “
“dalam termangu aku masih menyebut namamu”9

Rakyat masih terus berlagu
Hakim lalu seakan berkaca, namun yang ia lihat tikus dikaca. Menempeli hakim dengan amplop-amplop.
Hakim dan tikus
“aku berkaca.”
‘ini muka penuh luka’
“siapa punya’

“ku dengar seru menderu’
“-dalam hatiku?”
“apa hanya angin lalu”10







ADEGAN IV


Rakyat kembali gempita. Musik kembali bertalu-talu
Tikus
“ aku mau hidup seribu tahun lagi”11

Rakyat yang marah terus saja menggayang tikus dan hakim.

‘aaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
‘aaaaaaaaaaaaaaaaaaa”

‘aaaaaaaaaaaaaaaaaaa”

‘aaaaaaaaaaaaaaaaaaa”


Dengan sekali sentak tikus pun jatuh. Hakim berlutut . tikus kembali ke punggung hakim
Hakim ‘
“ya Allah! Badanku terbakar –segala samar”
“aku sudah melewati batas’
“kembali? Pintu tertutup dengan keras”12

“hidup hanya menunda kekalahan’13

Rakyat itu lalu terdiam. Mereka mengamati hakim yang tumbang. Salah satu rakyat menarik dasi hakim dan berusaha memakainya. Mereka saling berebut hingga satu orang menguasainya.

“ku ulangi yang dulu kembali”
Sambil bertutup telinga, berpincing mata”
Menunggu reda yang musti reda’14

------------ selesai------------------

Nb : dibutuhkan kreatifitas dan totalitas dalam penggarapan naskah ini. Selamat berkreasi

Untuk Teater Kedok – ku

muharram, april 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar