Sabtu, 25 Mei 2013

Dermaga


Dermaga

Aku pergi, Ibu.
Mencari payau di pantai-pantai sepi
Tempat benih tumbuh jadi apa saja yang dimau
Tak ada jerat, hardik atau cambuk
Disama segalanya berjalan dengan semestinya.

Dengan angin aku kabarkan peluhku
Membangun dermaga yang tak kunjung usai
Pelabuhan sederhana yang kupintal dari mimpi
tempat aku menunggu kasih dan alamt pulang
Ketika ku di lepas lautan.

Disini air payaunya berwujud biru, Ibu
ikan-ikan berenang bebas tanpa takut kail.
batu-batu lumut laut tmbuh dengan wajar
tak ada yang merasa ditindas atau menindas.
semua merasa ada karena tanggung jawab

Dermaga ku tak megah, Ibu
Hanya beberapa tumpuk kayu
yang mati karena tua
bukan karena aku matikan paksa
mereka datang padaku dengan rela bersama riak sungai
mengiyakan jasatnya untukku melangkah.

Tak ada mercusuar tinggi di dermagaku
hanya ada aku sebagai pelita
tempat segala cahya mengambang jadi pelangi
terang gelapnya lihat laku ku

Ibu, sayangnya dermaga ini hanya bisa kau singgahi
takkan pernah bisa kau miliki
darimulah aku mengerti bagaimana ini semua ada

Dermagaku menunggu satu rusuk yang khilaf dariku
rusuk yang kan menemaniku
membangun dermaga ini jadi lebih nyata dan ada
tempat cucu-cucumu berlari main api, main hasut, main curi
2009

dan, engkaulah

bulan ini aku meminangmu
mengharaphan ridho dan rahmatNya
mengharapkan semua kebahagiaan
memandikan  hingga kisut kita
dimakan usia

seperti tahun lalu aku berjanji
bulan ini aku meminangmu
dari gadis pujaan hati
menjadi wanita belahan jiwa

dan, engkaulah

minggu nanti aku menyuntingmu
menjadikan dua ini lebih semarak
berbagi segelas kopi dan pisang goreng panas
seperti kita membagi nafas dalam bercinta

dan, engkaulah

Rabu, 22 Mei 2013

Tak Peduli


Tak Peduli

Menyebarlah amarah. aku hancurkan segala
Peduli apa pada semua yang jemu diminta
Nanti mimpi hampiri tinggal serpihan mati saja

Ada aku sendiri berdiri tantang luka
Ini sendiri tak ku panggil bantuan lama
Hanya aku! lawan sampai mati ribuan matahari dunia
Di ujung jalan aku berjalan bawa bara
Ku cipta rasa dari tiap asap yang bawa luka

Ku pilih sendiri hadapi neraka
Sebab takkan ada lagi lengan digapai lengan
Tinggal aku basah oleh hujan api di nerakaMu

-Muharram, des 09-

Kridit

Kridit
Ku pinjam ajalku dari Tuhan
Lalu ku selipkan baik-baik di tumpukan buku.
Ku pilih sebuah buku tebal bersampul merah dan hitam
dengan pita emas sebagai pembatas

Yang diminta Tuhan cuma dua dari ku.
Fotocopy KTP 2 lembar dan BPKB sepeda motor
sebagai jaminan

Ku timang-timang ia tak henti tiap waktu
sambil menghitung mundur usiaku

Ah! beginikah rasanya beranak permata hati
layak inikah yang dirtasa Abraham

Dalam tiap sujud hatiku ngilu
Kepala ku berat menyunggi nadzar yang belum
tercapaikan.

-MUharram, 14 juni 09-