Senin, 04 Februari 2013

Patah Hati (1)



ketika hatiku berkata
engkau milikku yang tak termiliki.
aku marah padaMu
pada takdir yang menyesatkan aku
untuk mengasihi dia yang berlalu

jangan ambil hatiku
jangan ambil hatiku
jangan ambil hatiku
jika hanya akan pergi
jika hanya tuk sakiti aku

Kridit


Kridit
Ku pinjam ajalku dari Tuhan
Lalu ku selipkan baik-baik di tumpukan buku.
Ku pilih sebuah buku tebal bersampul merah dan hitam
dengan pita emas sebagai pembatas

Yang diminta Tuhan cuma dua dari ku.
Fotocopy KTP dan BPKB sepeda motor 2 lembar
sebagai jaminan

Ku timang-timang ia tak henti tiap waktu
sambil menghitung mundur usiaku

Ah! beginikah rasanya beranak permata hati
layak inikah yang dirasa Abraham

Dalam tiap sujud hatiku ngilu
Kepala ku berat menyunggi nadzar yang belum
tercapaikan.

-Muharram, 14 juni 09-

Percakapan Malam

selalu kita asing mengunyah huruf-huruf
dan memuntahkannya
ketika pertikaian mulai mengalir dari kebisuan
membusungkan keangkuhan pada pilihan wujud ini

matamu membakar setiap persentuhan yang kumulai
kalau saja tak kauminta jantungku
tak ingin kupulang cepat-cepat
kutahu kau punya dongen terindah

selalu tertatih-tatih kaubenahi huruf
untuk memulai percintaan ini
matahari kehilangan wajahnya

kita semakin asing ketika duduk berhadapan
percakapan ini hanya lingkaran kenangan
membungkus mayat kering kita
di penguburan nanti orang-orang akan bercerita
dengan beragam dongeng pada anak-anak

sejak itu
tak lagi kuahami bahasa malammu
yang pernah kaupakai
meminang hari-hari yang kupinjam dari leluhur

1993

puisi Oka Rusmini