Kamis, 24 November 2011

Senyum Kembali

Senyum Kembali

Kalau saja,
Malam itu aku pulang
dan memelukmu,

mungkin kau tetap bisu.

tapi,
ketidakhadiranku justru
buatmu pergi.
ya. pergi untuk tersenyum

dan ku lebih suka itu.
sebuah senyum diwajahmu.

kau indah,
ketika aku melihatmu dari jarakku

Cinta (lagi)

Cinta (lagi)

Ternyata ada yang masih merekah.
sebuah kuncup yang kukira layu.
kita tanam dulu dibelakang rumah hati berdua.

tak mekar seperti kala, tapi,
dengan warna yang kuyu juga, tapi,
aku tetap punya senyum disitu, tapi,
jauh aku bawa air belum sampai, pasti.

24 feb 09

Senja

Senja

Manisku,
apa kau masih untukku?

ketika senja aku lihat bayang
disamping ku terbang
tapi kaki mengakar dibumi
bayang itu terbang sendiri
ia selingkuh. lalu tanpa sadar kembali
bertaut dengan kaki ku mesra.

Manisku,
ketika senja aku rasa matahari lebih sendu
ia kabarkan salam pisah dengan jingga romantis
menggembungkan hatiku untuk bertanya,
apakah cinta itu datang dan pergi?

ah!
jangan lagi kau tanya, ketika
senja telah bergulir
aku rabun ayam.

tak dapat ku lihat lagi dunia
aku meraba pada tangan-tangan dingin

ah,...
aku sepi betul.
hanya berteman musik gitar mati.

10 feb, 09

Aku Panggil Kau, Sastra

Aku PAnggil KAu, Sastra

kurang ajar betul kau
belum apa-apa sudah buat kekasihku menangis
belum apa-apa sudah buat kekasihku menjerit
robek daging kucur darah karnamu.

asal kau tahu saja
aku tak rela kau buat ia begitu
tapi, akupun tak bisa apa-apa
aku tak ada disana ketika kau keluar

menangislah yang keras
tunjukan pada tiap malaikat bahwa
kau siap untuk dicatat dalam kitap-kitap sastra

tahu? aku bingung juga denganmu
kemarin-kemarin ketika aku dengannya kau tak ada
sekarang kau ada diantara kami
jangan ganggu tidurnya nanti malam!
sekali lagi jangan ganggu apalagi hanya kau minta itu

lebar senyumku mendengar kabarmu yang laki
basah hatiku baca kata-kata tak sempurna mengenang

kau tahu? sulitnya buat kau ada
ya! mesti ada cinta
mesti ada kasih
mesti ada aku dan kekasihku

mulai kini tak ragu kau bila ku panggil
cukup sebuah kata mahaindah ;
Abdillah Sastra Wijaya

ya, sayang.
kau aku panggil, Sastra.
tahu kenapa?
karena disana ada begitu cermin
karena abdillah, agar kau patuh pada-Nya
karena Sastra, agar kau kaya ilmu
karena Wijaya, agar kau lebih besar dari aku dan kekasihku

maka sekali lagi
aku panggil kau, Sastra.

Jadi Perayu

Jadi  Perayu

jadinya aku sepi
menanti cintamu yang entah kemana

aku biar saja hujan basah
akan ku buat awan lebih basah dengan rindu

kapan juga aku kan peluk
ketika surya dipelupuk naga
mana bisa aku renggut
aku hanya bisa melihat dan menunggu
dan ia -kekasihku- akan ku dapatkan

ya,.. kan kudapatkan peluk dan senyumnya
sekaligus semua yang buruk adanya.



jadinya aku bingar
melihatmu makan dengan gemuk
habiskan sore denganku tanpa sepi

kapan datang masa yang lebih panjang
nanti kan ku ciptakan ayam cinta untukmu

Sastra

Sastra

kau diberikan Tuhan Melaluinya, kekasihku.
kenapa jauh benar kau berdiri
mata ku pun tak menjangkau yang dekat
hanya hatiky risau menunggu
kau memanggilku dengan kata sayang itu.

kapan pula kau ku lihat?
aku lelah pada imaji

jauh benar kau berdiri
ingin hampiri. ragu menderas
ada takut kau menolak ku peluk
menangis kau karena asingku
dan hanya dia yang kau tahu sebagai saksimu nanti

apa ku kau ingat, Sastra?

aku yang berlari 40 Km menjadikan kau ada
berdua bergelut sendu dengan Layla ku

dan kini kau ada sastra !!
sunggu luar biasa
kau jadi Laki!!!
laki selaki-lakinya
persis seperti yang kukira saat kau masih lima

malu aku punya mimpi
malu aku punya diri

sastra,
sastra,
sastra,
sastra,
betapa ku rindu memelukmu berdua.

(februari,05-07 2009)

Tinggal Aku

Tinggal Aku

menantimu

tak tahu aku malam ini jadi apa?
ketika sepi jadi selimut
saat kabut buramkan mata pada langit

aku takut ketika malam datang
ketika yelda terjadi ditiap malamku
bukan lagi malam pertama musim semi yang panjang
bagai kasih tak sampai bulan dan matahari

malam

sepi itu sekali lagi menerjangku
merajam tiap sel yang mengatur nyawaku
menidurkan jiwa yang ambruk olehmu
petaka jadi biasa karenamu

gulita

aacchh,...
tergadai aku pada rasa
terlanjur serah terima padamu
maka, ku nanti yang tak berujung
ku tunggu kau yang berlari
bukan padaku tapi menjauh

Tak Ada Pulang

Tak Ada Pulang

lari,
lari,
lari,
lari,

sampai dimana?

lari,
lari,
lari,
lari,

sampai?

lari,
lari,
lelah,
diam,

tak pernah selesai
jalan yang makin sepi
diujungnya aku bertemu jalan baru
tak ada ujung

lari,
lari,
lari,
lari,

ternyata jauh sudah

kau tetap disitu
bayanganku, bangsat!

lari,
lari,
lari,
lari,

sama saja.
hadapi ragu
lari lelah
putuskan tak bisa

lari,...

Sayang

Sayang,

bosan, aku menepi tuju malam
kapan pagi menerkam
jangan hanya temani buram
aku ingin kau sang pualam

lelah jadi indah
mimpi tak terasa singgah

apakabar cinta?
sepertinya sama seperti biasanya
gejolak dan mereda

disana ada cahaya setitik
serangga hinggapi tak ada laik

sayang,...

Malam-Mu

Malam-Mu

tuhan,...
aku ingin bertanya padaMU
siapakah yang lebih dulu ada
hamba ataukah alam?

ketika sayap-sayap sepi
menggenapi aku jadi seribu diam
aku bertanya padaMu
dan alam menjawab dalam tanda
bukan lambang

tuhan,...
benarkah surga itu milikMu?
lalu kenapa Kau janjikan padaku
makhluk kasat mata penuh dusta
yang mencari semua karena janji
bukan karna diri

aku bukan siapa-siapa, Tuhan
aku hanya sisi lain dari malam
gelap, sepi, dingin, tanpa cercah cahya

bulan bukan aku, tuhan
ia terlalu indah untukku
biarkan getir menyapaku
biarkan sepi jadikan aku sendirian

cinta itu, Tuhan
ialah kasih yang telah mengkristal
indah namun melukai.

Terbaik

Terbaik

Dunia inikah yang ku nanti?
Lama-lama aku diam dalam mimpi
Hanya sampai sini kaki tertatih.

Puncakkukah ini?
Kenapa begitu dangkal aku mencari.

Mereka datang mereka pergi
Aku tak bisa gerak kanan kiri.

Inikah hidupku?
Terasa beda dengan semesta yang merayu biru.

Cintakah ini?
Kenapa dusta menganga bentuk jurang buaya
Tampar pipi dengan pipi
Tampar bibir dengan bibir
Tampar laki dengan pawestri

Terbaikkah ini?
Ketika aku tak kemana, sementara dunia
Berputar satu kali dua puluh empat jam.

(10 april 2009)

Kadang aku lupa usiamu.

Kadang aku lupa usiamu.

Sudah lima puluh lima matahari terbit-tenggelam
Kau masih saja seperti itu ;
Manis dengan senyum dan cinta penuh pada mata

Putri, aku renta.
Ya, aku renta.
Bukan lagi lagi kias maya telaga biru
Ini aku adanya. Seluruhnya.

Aku salah berkasih padamu?

Tidak, kurasa. Mimpi-mimpi siapa yang kan tergantung
Bagai hantu tanpa mati

Aku ingin merasa tanah.
Melayang membuat aku lelah.
Buat aku satu sikap. Satu.

Putri,
Kadang aku lupa usiamu.
Terlalukah aku berharap kau mengerti ?

(10 april 2009)

Adik Sayang

Adik Sayang.

Sesepinya aku menjagamu
Tak sesepi ini. ketika senyap
Merenggut percaya pada kita.

Boleh jadi malam kita ubah.
Dalam nafas diri yang bara.
Tapi sadarkah kau, adik kecilku?
Malam-malam nanti bukan hanya bulan
Yang kan hantui
Tapi banyak bintang kan bergentayangan.

Jangan ucapkan puisi matahari.
Aku jaga kau dengan sepi.
Agar tak lelah kau ditelan panasnya.

Sayang, percaya itu hilang kini
Tinggal raga abu bawa kita gerak
Maju ia sampai lenyap jadi debu riak

Mari, ku gandeng tanganmu
Erat, jangan lepas.
Aku, kami, kakakmu setia menanti senyum
Mereka yang menanti ciptamu.
16 april 2009

Kerja

Kerja!

Semangat kami belum selesai, Bang!
kerja. kerja. kerja
kerja kami jadi peluh dan nuansa

tak peduli hawa
tak peduli adam
kami peluk jadi baru

tak ragu lapuk
tak ragu reot
kami satukan jadi graha

kami kere uang
raya imaji
kami muda
penuh kobaran api.

semangat kami belum sampai, Bang!
jangan pukul rata kami dengan yang dulu.
kami generasi baru punya cerita
lebih seru. lebih debar. lebih warna dari milikmu.

Bang! pandang kami dengan cinta
bantu kami tuk wujudkan cipta
ya, Bang! kami teruskan kerja jadi nyata
lebih hebat dari punyamu dulu. pasti!


(muharram, 24 februari - 3 maret 2009)

Merapat Pagi

Merapat Pagi.

Merapat pagi aku terima gelombang.
Singkat saja ia kata
Apakabar?
Peduli ku pada mimpi saja.

Merapat pagi panggilan datang
Pria-pria bersongkok dan yang wanita
Bermukenah
Giat betul minta-minta

Ah! Aku juga lupa.
Pura-pura lupa pada percaya.

Merapat pagi
Aku rapat dengan mimpi
Aku erat birahi

Mei 09

Kridit

Kridit
Ku pinjam ajalku dari Tuhan
Lalu ku selipkan baik-baik di tumpukan buku.
Ku pilih sebuah buku tebal bersampul merah dan hitam
dengan pita emas sebagai pembatas

Yang diminta Tuhan cuma dua dari ku.
Fotocopy KTP 2 lembar dan BPKB sepeda motor
sebagai jaminan

Ku timang-timang ia tak henti tiap waktu
sambil menghitung mundur usiaku

Ah! beginikah rasanya beranak permata hati
layak inikah yang dirtasa Abraham

Dalam tiap sujud hatiku ngilu
Kepala ku berat menyunggi nadzar yang belum
tercapaikan.

-MUharram, 14 juni 09-

Kelahiranmu

Kelahiranmu


bangganya aku melihatmu lahir, sayang.
meski aku bukan satu-satunya didirimu.

aku menyayangimu sampai ke sumsumku.
aku sedih dan gembira untukmu.
tinggal lelah yang merangkul raga.

tak perlu resah,sayang.
ku ciptakan adik baru untukmu, sebentar lagi.
tunggu saja waktunya.

-muharram, untuk Kedokq- naskah orang asing

Kesalahanmu Dulu

Kesalahanmu dulu

bapak, katanya kita merdeka telah lama.
tapi kenapa aku tak merasakannya.
berjuta peluru dimuntahkan moncong-moncong serdadu.
beribu bangkai temanku terbengkalai.
beratus kantong darah mesti terisi karena ibu mati muda

kenapa aku tak rasakan merdeka?

inikah Indonesia yang Raya
inikah Indonesia yang lohjinawi.
inikah Indonesia yang berbudi.

pemimpin-pemimpin kami rebut kuasa.
wakil-wakil kami rampas darah dan tulang kita.
antek-antek mereka putar-putar jalan kami.

bapak, katanya negeri ini telah merdeka
merdeka dari apa?

kebodohan?
kemiskinan?
korupsi?
birokrat murtad?
kemunafikan pemimpin?

kenapa kau tipu kami dengan kata-kata indahmu
katakan kebenaran yang menyakitkan itu.
katalah kejujuran yang tersembunyi di dadamu.
bahwa negeri ini, Indonesia, belum layak untuk merdeka.
bahwa negeri kita, Indonesia, tak pernah icip madunya merdeka.
agar tegar langkahku. agar tegap dadaku berjuang.
merebut kemerdekaan yang ada didalam mimpi-mimpi setiap anak bangsa.

bapak, akan ku cari sendiri jalan kemerdekaan itu.
tunjukkan sajalah kesalahanmu dulu.

-muharram. 17 agustus 09-

Siapa Lebih Kesepian

Siapa lebih kesepian

Siapakah yang lebih kesepian diantara kita
kau yang pergi merangkak matahari,
atau aku yang menunggu bulan.

janji sepi hanya hampir sesaat
bukan selama ini

aku sunyi menatap awan sendiri

lihat! ada bintang disamping bulan

-muharram,09-