Sabtu, 28 Desember 2013

Narti Sendiri


Narti Sendiri

Bapak, malam t'lah larut
detaknya mencapai dua
tapi kau belum sampai jua
aku rindu.
aku kangen dengan bau keringat dan asap
dari tubuhmu.

tadi pagi kau berangkat lebih awal
adik minta sepatu baru
ia merengek sejak seminggu lalu
tumitnya terbuka ia jadi malu
sekolah mengoloknya karena ia tak mampu

diluar agak gerimis,
rintiknya bermusik di genting kita
apakah kau lupa penutup kepalamu?
jangan sakit, bapak
aku tak mampu sendiri
jadi buruh cuci takkan mampu untuk bernafas

bapak, tadi sore yang punya rumah
minta uang sewa.
telah enam kali aku bilang besok
bu Haji ini marah. mengumpat
mengancam mengusir kita

tetangga tak ada peduli
mereka sama diumpat, diolok,
diancam ole hidup

ah,..
ingatkah kau ketika dulu.
dulu sekali,
ketika kau lamar aku
hari itu kau datang dengan sarung
dan peci lusuh terbaikmu
dengan tegas kau bicara
"Pak, saya ingin melamar Narti"
malam itu aku tersipu
tak tahan merasakan lagi janjimu

kau menepatinya,
kau bawa aku ke kota
kita tidur di stasiun berdua
makan sehari sekali kita berdua
hingga rebutan raskin pun kita berdua
sampai saat ini
ditengah gerimis dan tahi ayam
aku masih merasakan bara sayang itu

tong! tong! tong! ting! tung! tang! tang!
ada ribut-ribut di luar
aku longokkan kepala menembus jendela
orang lalu lalang sambil berlari gila
ada yang bawa kasur, TV, lemari,
kursi, tikar, bantal, hingga parabola.
mereka pada teriak kebakaran!
kebakaran! kebakaran! kebakaran!
anak-anak jadi bangun.
aku lihat api marah merah

ku suruh saja pergi ke depan gang.
mereka langsung lari tak peduli.
tak sempat cium kening atau salam.

bapak, aku masih menunggu sendirian
persis seperti yang kau minta.
Narti menunggumu,pak.

muharram, 25 Juni 2010.
-refleksi cinta dan ketulusan-

Dua Jalan Bercabang


Dua Jalan Bercabang

Dua jalan bercabang di hutan yang menguning
maaf aku tak bisa melewati dua-duanya
sebagai satu-satunya pengelana, lama aku berdiri
menatap salah satunya sejauh mungkin
sampai jalan itu berbelok di semak-semak.

lalu kupilih jalan yang lain, sama rupa dan wujudnya,
mungkin malah tampak lebih baik,
karena jalan itu berumput dan ingin dipijak;
meski lalu-lalang ditempat itu
telah sama-sama mengubah keduanya

pagi itu dua jalan sama-sama terbentang
tertutup daun-daun yang tak pernah terinjak.
oh, kusimpan yang satu untuk lain hari!
meski melihat dari pengalaman,
aku ragu apakah aku akan kembali.

dengan berat aku bercerita
pada masa yang teramat lampau:
dua jalan terbentang di hutan, dan aku...
aku memilih jalan yang jarang dilalui orang,
dan pilihanku sudah membuat perbedaan besar

2010

Terpendam


Terpendam

aku pendam dendam di pekarangan hatiku
tak ada yang tahu. aku hanya diam
dan tersenyum

ketika tiap lubang tanah telah terisi
aku rsa sesak sungguh. makin jadi saja
tak pernah ada tetangga yang rela
bahkan takkan mampu,
menampung tiap bara sedingin pelukan kematian

aku sendiri

sesak. aku pilih asap penuh asbak
ketika asap tak lagi mampu
aku memlih pergi sendiri
diam menunggu petaka yang lebih gila kerna sepi

-muharram, jan 10-

Mesti


mesti

lihatlah sekali lagi,sayang.
bayi manis ini mesti menyingkir.
hidup kita mesti berlanjut bahagia.

sayang, jangan lagi kau pura-pura cinta padanya
bayi terbelit ari ini akan baik saja.
kita kasih dia tempat baik.
tas jinjing merah coklat dengan motif bunga sakura musim gugur

sepakat sudah
jabat tangan sudah
tetapkan hati mesti
berdoa bahagia kita mesti

sayang, biar kan bayi yang blum sempat kita
potong arinya ini pergi
biarkan saja dia diambil orang
atau mati biru dalam tas ini

mesti

oleh Baba Muharram pada 20 Agustus 2011 jam 14:27

Kamis, 26 Desember 2013

naskah ; Robohnya Surau Kami



ROBOHNYA SURAU KAMI

Karya  AA. Navis
Penyadur/Adaptasi  Hermana HMT





SEJENAK MUSIK BERGEMURUH.
PERLAHAN TERDENGAR GESEKAN BIOLA ATAU LANTUNAN SERULING DIBARENGI GEMERCIK AIR DAN DESIR ANGIN.

SAYUP-SAYUP TERDENGAR KUMANDANG ADZAN SUBUH. ORANG-ORANG MUNCUL DARI BERBAGAI ARAH, BERBARIS DI PANGGUNG SEPERTI MAU MELAKUKAN SHALAT.

ADZAN USAI SESEORANG MELAPALKAN DOA SETELAH ADZAN, LALU ORANG-ORANG MENDENDANGKAN LAGU ” AL-ITIRAF “.

PEMBACA DOA 1
Ya Allah, ya Tuhan kami jangan Engkau jadikan kami condong pada kesesatan Sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami,dan karuniailah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi ( QS. Al-Imran 8 )

PEMBACA DOA 2
Ya Allah, ya Tuhan kami, Engkau masukan malam pada siang, Engkau masukan siang pada malam dan Engkau mengeluarkan yang hidup dari yang mati,Engkau mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan Engkau memberi rizki kepada siapa yang Engkau kehendaki dengan tidak terkira. ( QS. Al-Imran  27 )

PEMBACA DOA 3
Ya Allah yang mempunya kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki., Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebijakan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. ( Al-Imran  26 )

TIBA-TIBA SEORANG PEREMPUAN MUNCUL DAN MENANGIS SEPERTI ANAK KECIL.

SEORANG PEREMPUAN
Kini kakek itu sudah tidak ada lagi. Ia sudah meninggal. Dan tinggalah surau itu tanpa penjaganya. Sekarang hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian yang bakal roboh. Orang-orang itu semakin masa bodoh. Dan biang kebodohan itu ialah sebuah dongeng yang tidak dapat disangkal kebenarannya.

PIMPINAN PENTAS
Hei,hei,hei ! Berhenti ! Apa-apaan sih kamu ? Orang lain berdoa ini malahan menangisi yang tidak jelas. Sudah, tidak baik banyak bersedih hati. Yang sudah berpulang biarlah pulang dengan tenang, kita-kita yang akan mengikutinya nanti, dari sekarang lebih baik mempersiapkan bekal kepulangan kita itu. Agar nanti tidak tersesat atau masuk ke tempat yang tidak kita sukai. Sekarang lebih baik memperbaiki hidup daripada meratapi yang sudah mati. Sudah ya,jangan menangis lagi malu tuh sama orang-orang. Oh ya, penonton. Selamat berjumpa dengan kami. Maaf tadi saya memotong dulu. Pertunjukan sebenarnya belum dimulai.

SEORANG PEREMPUAN
Loh,loh. Yang barusan adegan apa ?

PIMPINAN PENTAS
Itu baru sambutan awal dan doa.

SEORANG PEREMPUAN
Jadi belum,ya ?

PIMPINAN PENTAS
Belum.

ORANG-ORANG
Huhhhh.

PIMPINAN PENTAS
Sudah, sudah ! Sekarang kalian duduk dulu yang rapi….Maaf pemirsa, barusan itu kesalah pahaman. Begini…eeeh.. tapi sekali lagi saya menghaturkan mohom maaf. Anu…eeh.. sebelum cerita dimulai, saya ingin sekali menyampaikan sepatah kata pada anda semua. Kenapa saya ingin sekali berkata-kata ? Tentu, karena saya kuatir setelah pertunjukan ini tiba-tiba ada gelombang protes besar-besaran. Maklumlah zaman reformasi. Jadi, sebelum cerita ini kami lanjutkan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila nanti ada kelancangan-kelancangan yang tidak berkenan dihati para pemirsa. Ini cerita bukan cerita sesungguhnya, tapi dongeng yang kebenarannya sangat bisa diragukan. Dongeng adalah dongeng. Dongeng bukan kenyataan, walau kadang ada nyatanya. Agar lebih jelasnya silahkan simak dengan hati yang lapang.begitu saja dari saya. Ayo anak-anak lanjutkan dongengannya, tapi jangan pakai tangis-tangisan lagi kesannya seperti telenovela. Siapa tadi yang nangis ?

ORANG-ORANG
Dia pak.

PIMPINAN PENTAS
Oh kamu. Awas ! Jangan pakai nangis lagi, ya ! Ayo mulai.

TIBA-TIBA EMPAT ORANG PEREMPUAN MUNCUL DENGAN JERITAN DAN TANGISAN.

PEREMPUAN SATU
Tapi kakek itu sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggal surau itu tanpa penjaganya, hingga anak-anak menggunakannya sebagai tempat bermain, memainkan apa yang disukai mereka. Perempuan yang kehabisan kayu bakar seing mencopoti papan dinding lantai di malam hari.

PEREMPUAN DUA
Jika kalian datang sekarang,hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian yang bakal roboh.

PEREMPUAN TIGA
Dan kecerobohan itu kian hari kian cepat berlangsungnya. Secepat anak-anak berlari di dalamnya, secepat perempuan mencopoti pekayuannya.

PEREMPUAN EMPAT
Dan terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang,yang tak hendak memelihara apa yang tidak dijaganya lagi.

PIMPINAN PENTAS
Aduh, aduh, aduh, aduh ! Sudah saya bilang jangan pakai sedih-sedihan, malahan makin banyak yang bersedih. Bagaimana kalian ini ? Hei ! Negeri kita ini sedang bersedih.jangan ditambah-tambah lagi kesedihannya.Sudah, sudah ! Lebih baik sekarang kalian bernyanyi. Mau enggak ?

ORANG-ORANG
Mauuuu.

PIMPINAN PENTAS
Bagus. Bagaimana musik, siap ?

PEMUSIK
Siap bos. Nyanyi apa ?

PIMPINAN PENTAS
Katanya siap. Lagunya anu.. eh.. ” Ajo Sidi “. Mulai.

ORANG-ORANG BERNYANYI.
Ajo Sidi oh Ajo Sidi
Pendongeng dari sebrang sana
Tak henti-henti berceloteh
Hingga orang terpana bualannya
Ajo Sidi oh Ajo Sidi
Kerjaannya sidir menyindir
Mejerat hati tiap orang
Jadi sumber ejekannya

PIMPINAN PENTAS MEMBERHENTIKAN ORANG-ORANG YANG SEDANG ASIK BERYANYI DAN MENARI. ORANG-ORANG GUSAR, TAPI SEMUANYA DAPAT DITERTIBKAN.

SAYUP-SAYUP TERDENGAR SUARA SERULING DIBARENGI GESEKAN BIOLA, GEMERCIK AIR DAN DESIR ANGIN . SEORANG KAKEK SEDANG TERMANGU SAMBIL MEMENGANG PISAU CUKUR.

LAKI-LAKI
Assalamualaikum… assalamualaikum… assalamualaikum. Biasanya kakek gembira menerima kedatanganku, karena aku suka memberinya uang, tapi sekali ini begitu muram.Tidak pernah aku melihat kakek begitu durja dan belum pernah salamku tak disahutinya seperti saat ini.

LAKI-LAKI ITU MENGAMBIL SALAH SATU PISAU CUKUR YANG TERGELETAK DI SAMPING SI KAKEK.

LAKI-LAKI
Pisau siapa, Kek ?

KAKEK
Ajo Sidi !

LAKI-LAKI
Ajo Sidi ? ( KAKEK TIDAK MENYAHUT. HENING SEJENAK ) Apa Ajo Sidi telah membuat bualan tentang Kakek ?

KAKEK
Siapa ?

LAKI-LAKI
Ajo Sidi.

KAKEK
Kurang ajar dia.

LAKI-LAKI
Kenapa, Kek ?

KAKEK
Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah tajam-tajam ini, menggorok tenggorokannya.

LAKI-LAKI
Kakek marah ?

KAKEK
Marah ? Ya, kalau aku masih muda, tapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam. Sudah lama aku tidak marah-marah lagi. Takut kalau imanku rusak karenanya, ibadahku rusak karenanya. Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadah, bertawakal kepada Allah. Sudah begitu lama aku menyerahkan diri kepadaNya. Dan Allah akan mengasihi orang yang sabar dan tawakal.

LAKI-LAKI
Bagaimana katanya, Kek ? ( KAKE DIAM SAJA. BERAT HATI BICARA ). Bagaimana katanya, Kek ?

KAKEK
Kau kenal padaku, bukan ? Sedari kecil kau aku sudah di sini. Sedari muda, bukan ? Kau tahu apa yang aku lakukan semua, bukan ? Terkutuklah perbuatanku ? Dikutuki Tuhan kah semua pekerjaanku ? DIAM SEJENAK. Sedari muda aku di sini, bukan ? Tak kuingat punya istri, punya anak, penya keluarga seperti orang lain, tahu ? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tidak ingin cari kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku,lahir batin, kuserahkan pada Allah subhanahu wata’ala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan membunuhnya. Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk. Umpan neraka. Marahkah Tuhan kalau itu yang kulakukan, sangkamu ? Akan dikutukiNya aku kalau selama hidupku aku mengabdi kepadaNya ? Tak kupikirkan hari esok,karena aku yakin Allah itu ada dan pengasih penyang kepada umatNya yang tawakal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul beduk, membangunkan setiap waktu. Aku puji-puji Dia. Aku baca kitabNya. Apa salah pekerjaanku itu ? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk.

LAKI-LAKI
Ia katakan Kakek begitu ?

KAKEK
Ia tidak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah kira-kira.

LAKI-LAKI
Ajo Sidi memang kurang ajar. Apa lagi yang dikatakan Ajo Sidi, Kek ?

KAKEK
Pada suatu waktu dia bicara padaku. Dia bialang.

MUSIK BERGEMURUH.

AJO SIDI
Di akhirat Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Para malaikat bertugas di sampingNya. Ditangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Bigitu banyak orang yang diperiksa. Maklumlah di mana-mana ada perang. Dan diantara orang-orang yang diperiksa itu ada seorang yang di dunia dinamai Haji Saleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan dimasukan ke surga. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyuman ejekan. Dan ketika ia melihat orang yang masuk surga, ia melambaikan tangannya,seolah hendak mengatakan “sampai ketemu nanti “. Begitu tak habis-habisnya orang yang berantri, begitu panjangnya. Susut di muka bertambah di belakang. Akhirnya sampai giliran Haji Saleh.

MUSIK BERGEMA, ANGIN BERGEMURUH.

SUARA
Engkau siapa?

HAJI SALEH
Aku Saleh. Karena aku sudah ke mekah Haji Saleh namaku. Tuan ini siapa ?

SUARA
Jangan banyak bertanya. Apa kerjamu di dunia ?

HAJI SALEH
Aku menyembah Tuhan.

SUARA
Lain ?

HAJI SALEH
Setiap hari, setiap malam, bahkan setiap masa aku menyebut-nyebut nama-Nya.

SUARA
Lain ?

HAJI SALEH
Segala larangan-Nya kuhentikan. Tidak pernah aku berbuat jahat, walau dunia seluruhnya penuh oleh dosa-dosa yang dibisikan iblis laknat itu.

SUARA
Lain ?

HAJI SALEH
Tak ada pekerjaanku selain beribadat padaNya, menyebut-nyebut namaNya. Bahkan ketika aku sakit namaNya menjadi buah bibirku juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan kemurahan hatiNya untuk nginsafkan umatNya.

SUARA
Lain ?

LAMPU MENYINARI AJO SIDI YANG MELANJUTKAN DONGENGANNYA.

AJO SIDI
Haji saleh tak dapat menjawab lagi. Ia telah menceritakan segalanya yang ia kerjakan. Tapi ia insaf, bahwa pertanyaan yang dilontakan bukan asal bertanya saja, tentu ada lagi yang dikatakannya. Ia termenung dan menekurkan kepalanya. Hawa panas api neraka tiba-tiba menghembus ketubuh Haji Saleh. Dan ia menangis. Tapi setiap airmatanya mengalir, di isap kering oleh hawa panas neraka itu.

MUSIK BERGEMA. HAJI SALEH MENGIGIL KETAKUTAN. ORANG-ORANG BERGERAK SEPERTI JOMBI.

SUARA
Lain lagi ?

HAJI SALEH
Sudah saya ceritakan semuanya. Oh, Tuhan yang Maha Besar, lagi pengasih dan penyayang, Adil dan Maha Tahu.

SUARA
Tidak ada lagi ?

HAJI SALEH
Oh, o, oo, aku selalu membaca kitabNya.

SUARA
Lain ?

HAJI SALEH
Sudah kuceritakan semuanya. Tapi kalau ada yang aku lupa aku mengatakannya, aku pun bersyukur karena yang maha tahu itu Tuhan.

SUARA
Sungguh tidak ada lagi yang kau kerjakan di dunia selain yang kau ceritakan tadi ?

HAJI SALEH
Ya, itulah semuanya.

SUARA
Maksud kamu ?

MUSIK BERGEMURUH.

AJO SIDI
Haji saleh tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi. Dan malaikat dengan sigapnya menjewer Haji Saleh ke neraka. Haji Saleh tidak mengerti mengapa ia dibawa ke neraka. Ia tidak mengerti apa yang dikehendaki Tuhan daripadanya dan ia percaya Tuhan tidak silap.

PENDONGENG 1
Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di neraka itu banyak teman-temannya di dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tak tambah mengerti dengan keadaan dirinya, karena yang dilihatnya di neraka itu tidak kurang ibadahnya dari diri dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai empat belas kali ke mekah dan bergelar Syekh pula.

PENDONGENG 2
Lalu haji Saleh mendekati mereka, dan bertanya pada mereka kenapa berada di neraka semuanya. Tapi sebagaimana haji Saleh orang-orang itu pun tak mengerti juga.

SEMUA ORANG BERISTIGFAR.

HAJI SALEH
Bagaimana ini ? Bukankah kita disuruhNya taat beribadah, teguh beriman ? Dan itu semua telah kita kerjakan selama hidup kita. Tapi kita kini dimasukan ke dalam neraka.

TOKOH LAIN
Ya kami juga heran. Tengoklah itu orang-orang senegeri dengan kita semua, dan tak kurang ketaatannya beribadat.

HAJI SALEH
Ini sungguh tidak adil.

ORANG-ORANG
Memang tidak adil.

HAJI SALEH
Kita harus mengingatkan Dia, kalau-kalau Ia silap memasukan kita ke neraka ini.

ORANG-ORANG
Benar, benar, benar.

TOKOH LAIN 2
Kalau dia tidak mau mengakui kesilafanNya, bagaimana ?

HAJI SALEH
Kita protes. Kita resolusikan.

TOKOH LAIN 3
Apa kita revolusikan juga ?

HAJI SALEH
Itu tergantung kepada keadaan. Yang penting sekarang, mari kita berdemontrasi menghadapNya.

TOKOH LAIN
Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demontrasi saja, banyak yang kita peroleh.

ORANG-ORANG
Setuju, setuju, setuju.

SEMUA ORANG BERGERAK. MUSIK BERGEMURUH.

HAJI SALEH
Oh, Tuhan kami Yang Maha Besar. Kami menghadapMu. Ini adalah umatMu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembahMu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut NamaMu, memuji-muji kebesaranMu, mempropagandakan keadilanMu, dan lain-lainnya. KitabMu kami hapal di luar kepala kami. Tidak sesat sedikitpun kami membacanya. Akan tetapi Tuhanku Yang Maha Kuasa, setelah Engkau panggil kami kemari, Engkau masukan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, di sini, atas nama orang-orang yang cinta kepadaMu, kami menuntut agar hukuman yang Kau jatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan memasukan kami ke surga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam kitabMu…. Mari kita menghadap Dia.

ORANG-ORANG BERGERAK SEPERTI AKAN DEMONTRASI.

SUARA
Kalian mau apa lagi.

HAJI SALEH
Kami ingin bertemu Tuhan.

SUARA
Tidak bisa.

HAJI SALEH
Harus ini sangat penting. Ini menyangkut nasib kami.

SUARA
Kamu mesti tahu. Tuhan telah menugaskan aku untuk menuntut kalian.

HAJI SALEH
Kamu ini sebenarnya siapa ?

SUARA
Tadi kan sudah kukatakan, aku adalah dirimu sendiri dan kalian semua.

HAJI SALEH
Aku tidak peduli…

SUARA
Sudah jangan banyak cingcong. Sekarang aku bertanya lagi pada kalian. Kalian di dunia tinggal di mana ?

HAJI SALEH
Kami ini adalah umat Tuhan yang tinggal di Indonesia.

SUARA
Oh, di negeri yang tanahnya subur itu ?

HAJI SALEH
Ya, benar.

SUARA
Tanah yang kaya raya, penuh dengan logam, minyak dan berbagai bahan tambang lainnya, bukan ?

ORANG-ORANG
Benar, benar, itulah negeri kami.

SUARA
Di negeri yang tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa di tanam ?

ORANG-ORANG
Benar, benar itulah negeri kami.

SUARA
Di negeri di mana penduduknya sendiri melarat ?

ORANG-ORANG
Ya, Ya, itu negeri kami.

SUARA
Negeri yang di perbudak orang lain ?

TOKOH LAIN
Ya sungguh laknat penjajah itu.

SUARA
Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkutnya, dijarah, bukan ?

TOKOH LAIN 2
Benar. Hingga kami tidak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.

SUARA
Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan ?

HAJI SALEH
Benar. Tapi bagi kami soal harta benda itu tidak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Tuhan.

SUARA
Engkau rela tetap melarat, bukan ?

ORANG-ORANG
Benar kami rela sekali.

SUARA
Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan ?

TOKOH LAIN
Sungguhpun anak cucu kami melarat, tapi mereka semua pintar mengaji. Alkitab mereka hapal di luar kepala.

SUARA
Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semuanya. Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antar kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Tuhan beri negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedangkan Tuhan menyuruh engkau beramal disamping beribadah. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin. Engkau kira Tuhan suka pujian, mabuk disembah saja. Tidak ! Karena itu kamu semua masuk neraka dan di letakan di keraknya.

ORANG-ORANG TIDAK BERGERAK APA-APA LAGI. MEREKA TERMANGU, TAPI HAJI SALEH MASIH SAJA TIDAK PUAS.

HAJI SALEH
Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia ?

SUARA
Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau telah mementingkan diri sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kocar-kacir selamanya. Itulah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egois. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikitpun.

MUSIK TERDENGAR MEMILUKAN. TERDENGAR SESEORANG BERTERIAK. SAYUP-SAYUP SESEORANG SEDANG MENGAJI.

SESEORANG
Bunuh diri. Ada yang bunuh diri.

ORANG-ORANG
Di mana ?

SESEORANG
Di surau. Ia menggorok lehernya dengan sebilah pisau cukur.

ORANG-ORANG
Astagfirulahal’adzim.

ORANG-ORANG BERGERAK.

PEREMPUAN
Mas. Mas. Mas. Apa tidak menjenguk ?

LAKI-LAKI
Siapa yang meninggal ?

PEREMPUAN
Kakek.

LAKI-LAKI
Kakek ?

PEREMPUAN
Ya, tadi subuh kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggorok lehernya dengan pisau cukur.

LAKI-LAKI
Astagfirulahal’adzim. Ini pasti gara-gara Ajo Sidi.

SEMUA DIAM.

PIMPINAN PENTAS
Ternyata kita tidak bisa lepas dari kenyataan. Hidup dan mati bukanlah milik kita. Kita di sini hanya mengembara dan kita semua akan kembali. Kematian memang menyedikan, tapi yang paling menyedihkan jika kerja keras kita hasilnya sia-sia.

MUSIK BERGEMURUH.



TAMAT


Catatan
Cerita ini diambil dari sebuah cerpen ” Robohnya Surau Kami ” karya AA. Navis.