Minggu, 11 Desember 2011

Ketika Aku Bunuh Diri


Ketika Aku Bunuh Diri

aku berasap mencoba sampai pagi
kabut tipis ini seakan memanteli diriku
yang sendu pada Tuhan
menanyakan bagaimana sebuah hati
bisa sekeras itu.

ia melepasku sendiri

tahun-tahun berlari estafet
meninggalkan teriak lantang penonton
-manusia berwajah matahari-
tak sampai jua aku pada dia
pemegang tongkat berikutnya

sepotong mangga ranum tergeletak di atas meja
menanti tanganku yang riuh
bawa sangkur untuk belah

adilkah?
sangkur dan spotong mangga

dengan sangkur dan bungkusan tembakau gila
di tangan kiri kanan
aku mulai mengeja lagi derap-derap langkah
yang lalu
membacanya kembali
ku lihat kehebatan bodohku dan tertawa

bulan mulai dimakam awan
tetap terjaga aku berselimut kelam
muntahkan ia untukku.

mungkin pagi tak datang esok hari
langsung siang!
membakar tubuhku yang peluh

ah!
tak ada sarapan pagi.
tak ada pula santap malam
sebab sangkur telah telah terpasang di badan

tak peduli lagi kau akan datang.
muncul dengan karangan kembang dan puisi

aku memilih kebumi

-muharram,09-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar