Jumat, 20 Juli 2012

Atlas Indonesia


Atlas Indonesia

sepintas lalu ku lihat sebua buku tebal
sampulnya mulai usang dan robek. tapi,
masih terlihat dengan jelas judul buku itu
: Atlas Indonesia

aku minta pada bapakku,
ku tunjuk dengan merengek
aku mau lihat bangsaku, kataku saat itu

bapak malah marah!
ia kata bahwa atlas itu tak relevan lagi
zaman baru telah menelan segala sejarah lama
tak ada lagi penghargaan terhadap yang tua
buku itu usang karena kami,generasi baru tak peduli

aku masih merengek. minta,
aku bilang mau lihat Timor Timur

buat apa kau lihat kekalahan!
itu memalukan!
pemimpin bangsa ini lebih cinta tanah air milik pribadi
dari pada tanah air milik bangsa

"bukan lautan tapi kolam susu
kail dan jala cukup menghidupimu
tiada badai tiada topan kau temui
ikan dan udang menghampiri dirimu."
koes bersodara! ah! hanya mimpi!
nelayan kita cari ikan dilaut sendiri
tapi kalah tanding dengan nelayan tetangga
bukan hanya kalah alat tapi juga kalah siasat

aku mau lihat gunung!
aku ingin lihat pantai dan danau!
aku ingin gambar-gambar budaya menari di mataku
biar yang lain melancong kluar negeri
biar mereka bersujud diatas budaya kebarat-baratan,
kejepang-jepangan, aku hanya mau lihat indonesiaku

tanah ini bukan lagi milik rakyat.
gas bumi, minyak bumi, kayu, air, bahkan udara
bukan lagi milik kita.
pejabat yang berwenang tlah menggadaikannya
menggemukkan perut dan kantong partai
mereka tak peduli pada kita!
omongnya saja DEMI KESEJAHTERAAN RAKYAT!!!
rakyat mana?!

sudah itu bapak mengelus kepalaku lembut
matanya pun teduh memandangku
"jadilah kau,anakku, manusia paling peka terhadap derita
dan kemiskinan. jangan jadi pencuri di negeri sendiri"

aku mengangguk takjim
berharap terlihat mengerti di usiaku yang ke sebelas
dalam hati aku berkata
"aku hanya ingin atlas indonesia yang tebal itu untuk
buat kapal terbang besar. biar ku temui tuhan di langit
kalau Ia sibuk, biar ku temui Gabriele saja
akan kukatakan padaNya, bahwa aku ingin hancurkan bangsaku"

-muharram, 12 12 09-

Minggu, 15 Juli 2012

Rindu


Rindu

sunyi sepenggal nafasku
menderu desah menunggu

angin lalu kabarkan
dengung-dengung rindumu

irilah aku pada udara
yang menyentuhmu tiap waktu
yang kau ingat tak terlupa

sunyi sepenggal nafasku
menderu desah menunggu

22 juli 2007

Cinta (2)


Cinta

aku ingin membencimu jadi cinta
mengamati detik pisah dalam nanar luka

aku ingin mencari lemahmu jadi kuatku
mengamatimu tuk jadi abdiku

cinta
2005

Malam-Mu


Malam-Mu

tuhan,...
aku ingin bertanya padaMU
siapakah yang lebih dulu
Engkau atau alam?

ketika sayap-sayap sepi
menggenapi aku jadi seribu diam
aku bertanya padaMu
tapi yang menjawab alam

tuhan,...
benarkah surga itu milikMu?
lalu kenapa Kau janjikan padaku
makhluk kasat mata penuh dusta

aku bukan siapa-siapa, tuhan
aku hanya sisi lain dari malam
gelap, sepi, dingin, tanpa cercah cahya

bulan bukan aku, tuhan
ia terlalu indah untukku
biarkan getir menyapaku
biarkan sepi jadikan aku sendirian

2004

Ayah Ibu


Ayah Ibu

ayah,...
bolehkah ku sebut namamu?
rindu ini telah membuncah, ayah
rindu pada ibunda yang melahirkan aku

ayah,...
bisakah ku bertemu ibu malam ini?
malam-malam yang lalu itu penuh resah
sepi dan dingin tanpa kasih yang selimuti

ayah,...
ini permohonanku padamu
izinkan aku menemuinya sekali saja di fajar yang cerah
di langit yang bersinar manja madu.

ayah,...
bisakah kupanggil kau dengan ayah?
kau lelaki yang mengilhami ragaku
ibu yang mengerami jiwaku.

Hari T''lah Berganti

Hari T’lah Berganti Asap lavender mengobak mabuk nyamuk dan hati Ketika hari mulai berganti Mimpi malam belum juga mengunjungi Tatkala gelap makin terhimpit pagi Dimana malam yang kau temani, kekasih? Terasa telah seribu kali rindu ku asah Apakah kau juga gelisah Tak ada teman tidurku Bukan jiwa. bukan nafasmu Aku dibunuh sepi, layu Hendak aku mabukkan jiwa Mereka memanggilku menggoda Layaknya tunasusila kota Lavender masih saja berasap Tapi, kali ini tinggal ruang pengap Penuh janji, gila, dan gelap Hari telah berganti Ketika ku seka lagi mimpi Yang menghampiriku tidurku pagi ini. dini hari, 20 november 2006

Subuh

Subuh Tuhan sepiku merasuk dalam subuhmu aku dengar dengung-dengung kabar yang sama memanggilku yang lena lupa pada-Mu yang Maha Tuhan ku, merapuhnya raga ini bukan lagi pertanda mati aku melayang dalam dosa rindu aku pada jiwa tenang itu yang dulu ada padaku Tuhan ku, darimana aku memulai pegakuan dosa yang tak ternilai mohon pada-Mu yang Akbar jiwaku ialah milikmu tapi aku jauh, Rob jauh dari nur-Mu jauh hampa hatiku yang tergoda gadai hati dalam dusta 2008

Selebihnya Aku Berdusta


Selebihnya aku berdusta.

Sayang, aku ialah sepi yang tak bisa hingar
menempatkan mimpi yang melayang dalam pasar
janji-janji sempat terucap itu memang janji
tak pernah ada yang bisa kutepati.

Beribu detik memang terlewat dengan cinta
selanjutnya, aku hanya rasa biasa
senyum yang terbang percuma
serta, mata yang sayu memandang penuh rasa.

Purnama ini ku takkan datang hampiri
sebab janji telah terbagi
jangan sedih atau meratap, kasih
sebab aku tak ada bukan tuk cari kasih

acuh beribu ku tujukan untukmu
sabar yang kau beri sejuta demiku
apakah aku layak jadi kasih yang bingar
ketika kau sendiri sepi terkapar

aku hanya punya hati dan raga.
Satu untuk kau peluk
satu untuk kau cinta
satu untuk kita satu.

Sayang selanjutnya ialah dusta
aku jatuh hati padamu.,

muharram, 24 novenber 2008