Rabu, 17 April 2013

Aku Bahagia, Dik.

hatiku berdebar
mendengar ada kehidupan dalam
rahimmu, dik

seakan dunia ini tersenyum pada kita
tersenyum untuk pertama kalinya
sejak ku pinang kau
di depan bapakmu tanpa surat nikah

inilah senyum kedua dan terindahmu, dik

badanmu yang kurus diperas cucian juragan
kembali gemulai dan menggairahkan
seperti malam-malam pertama kita
sepuluh tahun yang lampau

dik, kehidupan baru ini
moga bawa rejekinya sendiri
sebab kau tahu
bahkan seluruh rumah sakit di kota ini pun tahu
rejeki kita berdua
hanya makan singkong sehari dua kali

aku bahagia, dik
aku sangat bahagia
akhirnya ada yang akan memanggilku bapak
akhirnya ada yang akan kupanggil anak
meski di puskesmas nanti
aku mesti bayar bidan dengan uang singkong
yang kita sisihkan dari jatah makan kita
meski antri berjam-jam hanya untuk menanyakan
bagaimana?

lupakanlah masalah biaya karena kita tak punya
lupakan masalah selamatan dan tradisi karena kita dibuang oleh strata
lupakan masalah surat-surat mahal dan berliku karena kita
     menikah dan hidup sendiri bukan oleh negara

kita tak perlu meminta, menipu atau mencuri, dik
biarlah anak kita nanti
biarlah ia jadi kita
anak manis dan baik pemakan singkong
dari orang tua yang miskin tapi sabar dan nrimo

aku bahagia, dik
alhamdulillah


muharram 30 maret 2-13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar